Harley-Davidson telah lama dikenal sebagai merek yang identik dengan mesin V-twin yang bergemuruh dan warisan yang kental dengan tradisi. Namun, di tengah gelombang elektrifikasi global, produsen motor legendaris ini mengambil langkah berani dengan meluncurkan motor listrik, LiveWire. Pertanyaan besar yang muncul adalah mampukah menarik pasar baru yang sebelumnya tidak melirik motor-motor konvensional mereka? Langkah ini adalah pertaruhan besar bagi perusahaan, yang mencoba menyeimbangkan warisan dan inovasi. Lalu, mampukah menarik pasar baru yang haus akan teknologi ramah lingkungan dan performa instan?
Motor listrik Harley-Davidson menawarkan pengalaman berkendara yang sangat berbeda dari pendahulunya. LiveWire tidak memiliki suara knalpot yang ikonik, tetapi menggantinya dengan torsi instan dan akselerasi yang senyap namun kuat. Fitur ini dirancang untuk menarik konsumen yang mencari sensasi berkendara modern, tanpa emisi dan polusi suara. Sebagai contoh, Bapak Herman, seorang insinyur fiktif berusia 30-an, yang sebelumnya tidak tertarik dengan Harley, mencoba LiveWire dalam acara uji coba motor listrik di Taman Kota pada hari Minggu, 16 Juni 2025. Ia mengaku terkejut dengan performa motor yang responsif dan gesit, jauh dari citra Harley yang berat dan lambat di jalanan kota. Pengalaman ini menunjukkan bahwa daya tarik motor listrik Harley-Davidson tidak lagi terletak pada suara, melainkan pada kinerja dan teknologi.
Target pasar yang dibidik Harley-Davidson jelas bergeser. Mereka tidak lagi hanya mengandalkan penggemar setia, tetapi juga membidik generasi muda, pecinta teknologi, dan individu yang peduli lingkungan. Kelompok konsumen ini cenderung memprioritaskan inovasi dan efisiensi di atas tradisi. Menurut Ibu Rina, seorang analis pasar otomotif fiktif, dalam sebuah laporan dari Lembaga Riset Otomotif Global fiktif yang dirilis pada 1 Agustus 2025, 40% dari calon pembeli motor listrik berusia di bawah 35 tahun. Data ini mengindikasikan bahwa Harley-Davidson bergerak ke arah yang tepat untuk relevan di masa depan.
Namun, tantangannya tidak sedikit. Harga yang tinggi dan infrastruktur pengisian daya yang masih terbatas adalah kendala utama. Pasar tradisional Harley-Davidson juga merespons dengan skeptis, khawatir merek kesayangan mereka kehilangan “jiwa”-nya. Namun, Harley-Davidson tetap optimis. Bapak Budi, kepala dealer fiktif di Jakarta, menyatakan bahwa motor listrik ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan. Langkah Harley-Davidson ini akan diuji oleh waktu. Keberhasilan mereka bergantung pada sejauh mana mereka dapat meyakinkan konsumen baru bahwa esensi kebebasan di jalan raya tidak harus bergantung pada gemuruh mesin, melainkan pada sensasi berkendara itu sendiri.